Aksi perlawanan santri untuk mengusir kembali penjajah ke kampung halamannya disebut sebagai Resolusi Jihad. Kobaran api menganga, korban-korban berjatuhan di tengah jalan, dan terdengar senjata-senjata ditembakkan di berbagai kota adalah gambaran betapa mengerikannya perjuangan santri mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Surabaya menjadi salah satu medan pertempuran yang ikut menjadi saksi bisu gugurnya para pahlawan.
Diantara mereka, ada tokoh-tokoh ulama yang ikut andil melawan pihak penjajah. Sebut saja, KH. Hasyim Asyari, KH. Wahab Hasbullah, dan beberapa kiyai lainnya yang ikut mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengusir penjajah kembali ke kampung halamannya. Tercatat korban yang tumbang di kubu pahlawan mencapai 16.000 orang. Sedangkan di pihak lawan, sekitar 2.000 orang lebih telah tumbang di medan perang. Meskipun jumlah korban tidak seimbang, hal itu tidak menyurutkan api perlawanan dari para pejuang. Hingga pada tanggal 10 November 1945, sampailah pada titik pertempuran habis-habisan. Masyarakat sepakat untuk memperingati hari tersebut sebagai Hari Pahlawan.
Terlihat siaran televisi menayangkan runtutan sejarah akan perlawanan pahlawan Indonesia. Sedangkan di sekolah-sekolah ramai para guru yang kembali menceritakan kisah heroik para pahlawan dengan melakukan kunjungan langsung ke makamnya. Sejumlah cara dilakukan untuk menyambut dan mengenang perjuangan para pahlawan.
Estafet Cita-Cita Mulia
Pahlawan dalam artian kata, tidak hanya merujuk pada satu makna, yaitu seseorang yang ikut berperang memerdekakan bangsa. Akan tetapi, pahlawan mempunyai makna yang lebih luas, yaitu seseorang yang berani berkorban untuk kepentingan banyak orang. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika semua orang bisa menjadi pahlawan.
Termasuk santri yang mempunyai pemahaman mendalam akan ilmu agama. Santri memiliki potensi yang besar untuk mengamalkan konsep-konsep Islami yang dibekali dengan pemikiran dan tenaga yang besar. Maka secara tidak langsung, santri memiliki peluang yang besar untuk menjadi pahlawan di masa sekarang.
Dalam agama Islam, ada sebuah motivasi dari Nabi Muhammad agar semua orang bisa menjadi pahlawan. Rasulullah saw bersabda: “Paling dicintainya manusia di sisi Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Dan paling disukainya amal adalah memberikan kegembiraan kepada sesama muslim.” (H.R. al-Thabrani).
Hadits tersebut menyebutkan, jika sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Jelas ini adalah gambaran untuk setiap orang untuk melepaskan egonya dan menjadi pahlawan untuk banyak orang. Rela mengulurkan tangan untuk menolong orang-orang yang kesusahan.
Maka wujud paling penting untuk menjadi pahlawan bangsa Indonesia saat ini adalah memahami apa saja masalah yang dihadapi Indonesia. Salah satu masalah terbesar bagi bangsa Indonesia adalah konflik saudara yang mengusung identitas setiap individu. Setiap individu ingin memenangkan identitasnya dengan merubah identitas orang lain. Maka pahlawan adalah mereka yang bisa meredam ego sehingga tidak terjadi konflik saudara. Kemudian menjunjung tinggi persatuan dan persaudaraan. Serta memiliki rasa percaya kepada sesama anak bangsa.