Menyelami Kisah Gus Dur Pecandu Bacaan

K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan Gus Dur merupakan seorang tokoh pemimpin bangsa ,humanis, kiai , jurnalis dan cendekiawan. Beliau lahir di rumaoutlet benetton online harmont and blain geox.it saldi borsa la milanese yeezy shoes under 1000 scarpe geox bambino outlet zaino gabs saldi adidas yeezy boost 350 turtle dove benetton outlet online harmont and blain benetton outlet shop online zaino gabs saldi air jordan 1 low flyease zaino gabs saldi benetton outlet shop onlineh pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada 7 September 1940 dengan nama Abdurrahman Ad-Dakhil. Ad-Dakhil secara harfiah berarti “Sang penakluk”. Panggilan Gus merupakan sebutan untuk anak kiai sebagai bentuk penghormatan khususnya didaerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan Wahid diambil dari nama ayahnya.

Anak pertama dari enam bersaudara ini merupakan pasangan dari KH. Wahid Hasyim dan  Ny. Solichah. Ayahnya putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Islam Nadhlatul Ulama (NU) sekaligus pendiri pondok pesantren Tebu Ireng , Jombang. Ayahnya pernah menjabat sebagai menteri agama selama lima kabinet berturut-turut , setiap ada pertemuan  Gus Dur sering menemani dan  menyaksikan proses pertemuan tersebut. Wafat di umur ke 38 karena kecelakaan ketika berpergian ke Sumedang untuk menghadiri pertemuan NU. 

Ibunya , Ny. Solichah putri dari KH. Bisri Syansuri pendiri pondok pesantren Denanyar, Jombang. Suaminya meninggal ketika ia masih berusia 29 tahun dan sedang mengandung 3 bulan anak yang keenam. Solichah harus bekerja keras untuk menghidupi enam anaknya dengan menjual beras. Ia tidak memiliki keahlian apapun seperti suaminya yang dilahirkan sebagai cendekiawan. Namun kebersamaanya dengan Wahid Hasyim telah menumbuhkannya kegemaran membaca, sehingga ia terus mendorong anak-anaknya untuk membaca buku , surat kabar dan membuat perdebatan seru tentang sebuah masalah.  

Sejak kecil Gus Dur sudah menyentuh kultur dan pendidikan di pondok pesantren. Kegemaran membaca yang ia miliki menjadi pendukung dalam mempelajari Bahasa Arab dan membaca alqur’an. Hingga ketika pindah ke Jakarta , ia jarang keluar tanpa membawa buku. Jika yang dicarinya di rumah atau di perpustakaan tidak ditemukan ia boleh keluar mencari toko buku. 

Pada tahun 1954 Gus Dur pindah ke Yogyakarta dan menempuh pendidikan di  Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) dan nyantri di pesantren Al-Munawwir Krapyak. Ia belajar Bahasa Arab langsung dengan KH. Ali Maksum. Setelah lulus, Gus Dur berpindah di pesantren Tegarejo, Magelang dibawah asuhan Kiai Khudori.  Dalam waktu 2 tahun Gus Dur bisa menyelesaikan pelajaran, biasanya siswa lain memerlukan empat tahun. Kemudian Tahun 1959 , Gus Dur kembali ke Jombang di pesantren Tambak Beras dibawah pimpinan kiai Wahab Chasbullah. Disini ia mulai mengajar dan menjadi kepala sekolahnya

Selain perjalanan pendidikan di pesantren, ia juga menyukai film ketika di Yogyakarta,  hampir sebagian waktunya ia habiskan untuk menonton film. Selain itu, menghadiri pertunjukan wayang kulit , cerita sastra seperti silat dan kisah Perang Dunia II. Pendidikan yang sudah ia tempuh tidak membuatnya berhenti, pada November 1963 Gus dur mendapatkan beasiswa  untuk belajar di universitas Al-Azhar, Kairo , Mesir. Namun , apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan ia kecewa karena dirinya harus mengikuti kelas Bahasa Arab, padahal ia sudah mempelajarinya. 

Gus Dur berusia 25 tahun ketika di Kairo , tumbuh dengan kebebasan. Di kairo Gus Dur sering menonton film Prancis , Eropa , Inggris dan Amerika. selain itu, ia banyak menghabiskan waktu di perpustakaan Universitas Amerika di Kairo. Setidaknya jika al Azhar mengecewakan ada Kairo. Tawaran beasiswa kembali untuk Gus Dur di universitas Baghdad. Melihat kekecewaan selama di Al  Azhar , Gus Dur pun menerima tawaran tersebut. 

Selama di kairo Gus Dur melakukan korespondensi dengan Nuriya , gadis kelahiran Jombang dan santri Gus Dur di pondok pesantren Tambak Beras. Ini pertama kalinya Dus Dur memulai kisah cinta sosok perempuan yang cerdas yang menarik hatinya. Kemudian Gus Dur menulis surat kepada ibunya untuk meminang Nuriya. 

Setiap perjalanan yang beliau lalui, ada kebiasaan yang membuat ia merasa haus dan rasa ingin tahu yang besar yaitu membaca. Ia mulai serius membaca buku pemikiran social , novel besar Perancis , Rusia dan Inggris. Kemudian ia mencoba memahami tulisan – tulisan Plato dan Aristoteles. Hingga ia tertarik dengan bagaimana mempunyai sifat manusiawi. Ia suka memahami sifat – sifat kepelikan manusia dari cerita wayang kulit dan film. 

Kepulangan Gus Dur dari Baghad ia mulai mengajar di fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Asy’ari , Jombang yang berdiri tahun 1969. Selain itu, menjadi Dewan Syuri’ah Nasional NU yang mengharuskannya pindah ke Jakarta dan meritis pondok pesantren Ciganjur. Kemudian tahun 1984 – 1999 Gus Dur menjadi ketua PBNU. Disini Gus Dur mulai bergabung dengan lembaga social , Forum Diskusi dan LSM memunculkan pemikiran-pemikiran untuk kaum intelektual. Dengan pemikirannya yang inklusif ia menjadi penulis tetap di jurnal “prisma”  merupakan jurnal ilmu social utama Indonesia.

Gus Dur juga masuk dalam dunia politik di indonesia , ini merupakan puncaknya  karir politiknya. Ia mendirikan Partai Kebangkitan bangsa (PKB) pada bulan juli 1998. Kemudian nama Gus Dur di usung menjadi calon presiden pemilu tahun 1999. Tepat tanggal 20 oktober 2001 Gus  Dur meraih kemenangan atas Megawati dan dilantik menjadi Presiden ke-4 pada tahun 2001. 

Gus Dur wafat pada tanggal 30 Desember 2009 dimakamkan bersebelahan dengan kakek dan ayahnya di pondok pesantren Tebu Ireng , Jombang. Lebih dari 10 gelar kehormatan yang diberikan untuk Gus Dur dari tingkat nasional maupun internasiona. Karya – karya tulisannya mulai dari buku , artikel , berita masih terjaga hingga sekarang dan sering dijadikan bahan diskusi oleh komunitas Gus Dur yang tersebar di seluruh penjuru negeri bahkan sampai ke luar negeri. Karena apa yang ditulis Gus Dur masih ada kaitannya dengan fenomena sekarang.

REFERENSI
Greg Barton.2002.Biografi Gus Dur.Yogyakarta.LKiS Yogyakarta\

Berita Lainnya

SMA Islam Darussalam adalah sekolah di bawah naungan Yayasan Kotagede Darussalam yang mengintegrasikan kurikulum pesantren dan kurikulum kemendikbud. SMA Islam Darussalam didirikan oleh K.H. Munir Syafaat dan Ibu Nyai Barokah…
darussalam | April 14, 2022
Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun pelajaran 2022/2023 SMP Islam  Darussalam…
darussalam | April 15, 2022
SUSUNAN REDAKSI Media Yayasan Kotagede Darussalam A. Pelindung 1. KH. Munir Syafa'at…
darussalam | Juli 1, 2022
Lembaga ini bernama Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta disingkat dengan MDHM…
darussalam | September 4, 2022
Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri (MDNU-Pi) terletak di desa Prenggan, Kec. Kotagede,…
darussalam | September 4, 2022
Pondok Pesantren Nurul Ummah secara keseluruhan pada mulanya, didirikan oleh almarhum KH.…
darussalam | September 4, 2022
Taman Kanak-kanak Nurul Ummah merupakan lembaga dibawah naungan Yayasan Kotagede Darussalam. Berdiri…
darussalam | September 5, 2022
Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta dirintis dan didirikan oleh K.H. Munir…
darussalam | November 3, 2022
Yayasan Kotagede Darussalam merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang sosial…
darussalam | November 3, 2022
1 2 3