Sumber Foto : id.pinterest.com
Nupipress – Banyak yang menganggap bahwa perubahan emosi perempuan sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak rasional. Padahal jika dilihat dari sudut padang Farmasi itu adalah hal yang wajar. Selain itu, dari perspektif agama Islam sebagaimana dijelaskan dalam kitab – kitab salaf, perempuan diciptakan dengan karakteristik emosional yang khas. Bukan sebagai kelemahan, melainkan sebagai anugerah dengan hikmah yang besar. Sifat emosional perempuan merupakan bagian dari fitrah yang harus dipahami dan dihargai, bukan sekadar ditoleransi.
Dalam kajian modern, terjadinya perubahan hormon Estrogen dan hormon Dopamin dalam tubuh perempuan menjadi bukti ilmiah yang mendukung pandangan ini. Hormon Estrogen adalah hormon yang berperan dalam siklus menstruasi dan keseimbangan emosi perempuan. Sedangkan hormon Dopamin adalah hormon yang memengaruhi perasaan senang dan motivasi.
Terdapat dua ulama salaf yakni Imam Al-Ghazali dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Mawdud bi Ahkam al-Mawlud dan Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin menyoroti bagaimana perempuan memiliki keseimbangan unik antara akal, emosi, dan naluri keibuan. Beliau mencontohkan dua ulama perempuan di zaman rosulullah. Pertama, Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha dikenal sebagai perempuan yang sangat cerdas, tetapi juga memiliki sisi emosional yang kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memahami dan menghargai sifat ini, bahkan dalam riwayat disebutkan bahwa beliau bersikap lembut saat Sayyidah Aisyah menunjukkan kecemburuan dan emosinya. Kedua, Ummu Sulaim, yang tetap tenang dan sabar ketika anaknya meninggal, tetapi dengan penuh hikmah menyampaikan kabar duka kepada suaminya agar tidak terkejut. Dari kedua tokoh perempuan di atas, menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan emosional yang luar biasa ketika diarahkan dengan baik.

Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin karya Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah
Penelitian dalam Farmasi menunjukkan bahwa Estrogen berperan dalam kestabilan emosi, sementara Dopamin berkaitan dengan motivasi dan kebahagiaan. Keduanya bekerja seperti kunci dan gembok di otak, berinteraksi dengan reseptor tertentu untuk menjalankan fungsinya. Estrogen memengaruhi bagian otak yang mengatur emosi dan stres, yaitu hipotalamus (pengatur keseimbangan emosi) dan amigdala (alarm yang bereaksi terhadap stres). Ketika kadar estrogen cukup, perempuan cenderung lebih tenang karena hormon ini meningkatkan produksi serotonin, atau yang sering disebut hormon kebahagiaan. Sementara itu, dopamin berfungsi seperti bahan bakar untuk motivasi dan suasana hati. Hormon ini bekerja di sistem limbik otak, bagian yang bertanggung jawab atas rasa senang dan dorongan untuk bertindak. Jika Dopamin terlalu rendah, seseorang bisa merasa lesu dan kehilangan semangat, sedangkan jika terlalu tinggi, bisa memicu kegelisahan atau hiperaktif.

Perubahan Kadar Hormon, Endometrium dan Perkembangan Folikel di Ovarium Selama Siklus Menstruasi (Mescher, 2021),
Di dalam tubuh, estrogen diproduksi dengan bantuan enzim aromatase, yang mengubah hormon lain menjadi estrogen diibaratkan seperti koki yang mengolah bahan mentah menjadi makanan siap saji. Sedangkan Dopamin berasal dari asam amino tirosin, yang diproses seperti bahan bakar yang diolah sebelum bisa digunakan. Namun, hormon-hormon ini tidak bertahan selamanya. Setelah digunakan, Estrogen dimetabolisme di hati dan dibuang melalui ginjal, seperti sampah yang harus dikeluarkan agar tidak menumpuk. Jika proses ini terganggu akibat pola makan buruk atau paparan zat kimia, kadar estrogen bisa meningkat dan menyebabkan masalah seperti Premenstrual Syndrome (PMS) atau endometriosis. PMS sendiri adalah kondisi yang dialami perempuan sebelum menstruasi akibat perubahan kadar hormon. Gejalanya meliputi perubahan suasana hati, kelelahan, kecemasan, dan nyeri tubuh. Faktor seperti stres dan pola makan juga dapat memperburuk gejala ini (Yonkers & O’Brien, 2017). Endometriosis, kondisi lain yang terkait dengan Estrogen berlebih, ditandai dengan pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim, yang menyebabkan nyeri dan gangguan menstruasi (Giudice, 2019). Sebaliknya, jika makanan yang dikonsumsi kaya serat dapat membantu membuang Estrogen berlebih, sementara zat kimia dari plastik atau kosmetik tertentu bisa mengganggu keseimbangan hormon. Perubahan hormon yang terjadi secara alami ini menunjukkan betapa kompleksnya tubuh perempuan, yang tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga emosi dan cara mereka merespons dunia di sekitar.
Ilmu farmasi telah mengembangkan berbagai terapi untuk membantu perempuan menjaga keseimbangan hormon. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah terapi pengganti hormon (HRT) bagi wanita menopause yang mengalami defisiensi Estrogen (Santoro & Pinkerton, 2021). Selain itu, inhibitor enzim aromatase digunakan dalam terapi kanker payudara untuk mengurangi produksi estrogen berlebih (Miller et al., 2019). Selain terapi farmakologis, banyak senyawa alami yang memiliki efek mirip Estrogen dalam tubuh. Fitokimia seperti isoflavon dalam kedelai dapat berperan sebagai fitoestrogen, membantu wanita yang mengalami ketidakseimbangan hormon (Messina, 2022). Senyawa polifenol dalam teh hijau juga diketahui dapat memengaruhi kerja Dopamin di otak, yang membantu meningkatkan suasana hati. Polifenol adalah senyawa alami dalam tumbuhan yang bertindak sebagai antioksida bisa diibaratkan seperti “perisai” yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan (Unno et al., 2020). Dalam konteks ini, polifenol membantu menjaga keseimbangan Dopamin, sehingga dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres.
Perempuan tidak perlu merasa bersalah atas perubahan emosinya, karena itu adalah bagian dari ciptaan Allah yang penuh hikmah. Islam mengajarkan bahwa memahami dan mengelola emosi dengan baik adalah tanda kematangan dan kedewasaan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hasyr: 19).
Dengan demikian, dapat disimpulkan emosi perempuan bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang jika dikelola dengan baik dapat menjadi sumber ketenangan, kebijaksanaan, dan keberkahan. Islam telah lebih dahulu menjelaskan hal ini sebelum sains modern memvalidasinya. Dengan memahami diri sendiri, menjaga keseimbangan hormon secara alami, serta mengambil hikmah dari ajaran Islam dan kisah para perempuan shalihah, seorang perempuan dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik dan penuh keberkahan. Karena pada akhirnya, mengenali tubuh dan jiwa kita adalah bentuk ibadah dan penghormatan terhadap ciptaan Allah yang sempurna
Referensi :
- Giudice, L. C. (2019). Endometriosis. New England Journal of Medicine.
- Messina, M. (2022). Soy and health update: Effects of isoflavones. Nutrition Reviews.
- Miller, W. R., et al. (2019). Aromatase inhibitors and breast cancer. The Lancet Oncology.
- Santoro, N., & Pinkerton, J. V. (2021). Menopause and hormone therapy. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
- Unno, K., et al. (2020). Effects of tea polyphenols on brain function. Molecules.
- Yonkers, K. A., & O’Brien, P. M. (2017). Premenstrual syndrome and premenstrual dysphoric disorder. The Lancet.
- Al-Ghazali, Tuhfatul Mawdud bi Ahkam al-Mawlud.
- Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin.
- Al-Qur’an, QS. Al-Hasyr: 19.
Penulis : Siti Khoirunnisa | Editor : Nanik Rahma