Gebyar nusantara pondok pesantren nurul ummah putri
Kotagede, yogyakarta

Nurmapi – Dalam serangkaian acara Haflah dan Harlah PPNU-PI ke 38, Gebyar Nusantara kembali digelar. Salah satu acara yang selalu dinantikan oleh para santri setiap tahunnya. Acara ini digelar pada Jumat malam (21/2/2025) di Masjid Al Faruq Lantai dua, dengan penuh semangat dan antusiasme dari semua santri.

Gebyar Nusantara merupakan salah satu acara tahunan yang merangkum kreatifitas santri dari berbagai daerah yang berbeda untuk saling unjuk keberagaman budaya dari daerah asal masing -masing. Acara ini dimeriahkan oleh rekan-rekan santri dari tiga perwakilan daerah berbeda yaitu Daerah istimewa Yogyakarta, Daerah jawa, dan Luar jawa.

Isna Rokhimah selaku juri menuturkan bahwa acara ini bukan hanya sekadar sebuah penampilan semata tapi juga merupakan bentuk implementasi yang mencerminkan semangat kebersamaan serta toleransi antar santri, sehingga dapat memperkuat rasa cinta tanah air dan melesatrikan budaya.

“Acara gebyar Nusantara ini bukan sekedar hiburan, acara ini mencerminkan semangat kebersamaan dan toleransi, memperkuat rasa cinta tanah air serta menghargai warisan budaya” tuturnya.

Acara diawali dengan penampilan santri dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang menampilkan sekilas sebuah semi drama yang menarik menggabungkan elemen drama, tarian, dan mainan tradisional. Dalam sebuah penampilan semi drama, dua tokoh utama diceritakan sedang menjelajahi dunia budaya Yogyakarta, menggali keunikan dari permainan tradisional hingga tarian khas yang telah menjadi bagian dari identitas daerah ini. Diiringi oleh tarian dan sebuah tembang dolanan jawa dengan pembawaan yang gayeng namun tentunya tidak lepas dari pesan tersirat. Penampilan ini seakan mengajak kita menguar ingatan masa kanak-kanak yang cukup lama terpatri dalam benak.

Hafna Nashifatul Azkiya’, santri mahasiswa asal Kulon Progo, sekaligus peserta yang tampil di acara Gebyar Nusantara mewakili DIY mengatakan ide dibalik penampilan ini adalah bentuk mengenalkan budaya Yogyakarta terlebih pada aspek mainan tradisional, khususnya kepada generasi muda. Melalui pendekatan drama, penampilan ini mampu menyampaikan pesan dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami. Dengan alur yang mengalir, penonton diajak untuk ikut merasakan pengalaman tokoh utama dalam menjelajahi berbagai aspek budaya yang kaya dan penuh makna. Selain sebagai hiburan, penampilan ini juga menjadi bentuk edukasi interaktif yang mengajak para santri untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi.

Penampilan kedua dilanjutkan oleh rekan-rekan santri Luar Jawa dengan  penampilan tiga tarian nusantara dan dua buah lagu yang masing-masing di bawakan oleh Devi Puspita sari yang membawakan lagu berjudul Nirmala sebuah lagu berbahasa melayu dari kalimantan dan Indah Fatkuljanah yang membawakan lagu minang  berjudul Taragak Pulang. Ada sebuah vibrasi yang menarik saat Lagu Minang berjudul  Taragak Pulang dibawakan, para santri dari luar jawa lainya beramai-ramai maju ke panggung untuk bernyanyi bersama. Alunan demi alunan nyayian perlahan menghadirkan kesan melankolis.

Indah Fatkuljanah, santri mahasiswa asal Lampung, peserta yang tampil di acara Gebyar Nusantara mewakili Luar Jawa, mengatakan bahwa pemilihan lagu Taragak Pulang inikarena relevansinya dengan momen menjelang Lebaran. Lagu ini menggambarkan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya serta kekhawatiran orang tua yang menantikan kepulangannya. Menjelang musim mudik, lagu ini sering kali menjadi viral karena mampu membangkitkan emosi dan nostalgia bagi mereka yang jauh dari keluarga. Selain itu, bagi para perantau yang sudah menantikan libur Lebaran, lagu Taragak Pulang semakin memperkuat rasa rindu dan antusiasme untuk segera kembali ke kampung halaman. Oleh karena itu, membawakan lagu ini di acara tersebut menjadi pilihan yang tepat dan menggugah perasaan banyak orang.

“Yaps betul aku menyanyikan lagu Taragak Pulang yang mana biasanya lagu itu akan viral ketika menjelang lebaran, lebih tepatnya saat orang-orang pada mudik ke kampung halaman mereka. Kenapa aku memilih lagu itu? karena di saat-saat menjelang lebaran ketika kita mendengarkan lagu itu seketika vibes-nya sedih. Lagunya juga menceritakan tentang orang yang tinggal di perantauan dan orang tuanya khawatir akan keadaan orang tersebut. Nah ditambah lagi kita sebagai anak-anak perantauan yang sudah tak sabar menanti libur lebaran karena ingin segera bertemu dengan sanak keluarga. Jadi sepertinya waktu yang tepat kalau aku menyanyikan lagu Taragak Pulang tersebut,” ucapnya.

Persembahan terakhir di isi oleh penampilan dari santri jawa. Penampilan kali ini cukup berbeda, karena pada tahun-tahun sebelumnya penampilan santri jawa di pecah menjadi beberapa bagian yaitu Jawa Timur, Kebumen, dan Jawa Barat, namun pada tahun ini semuanya dijadikan satu penampilan yaitu daerah jawa saja. Pada penampilan kali ini rekan-rekan santri jawa membawakan sebuah tarian asal Jawa Barat yaitu tari jaipong yang di bawakan oleh Rizka seorang santri pelajar asal Jawa Barat. Tarian itu di bawakan dengan luwes dan tanpa keraguan sama sekali sehinga berhasil memukau para audience. Selain sebuah tarian, ada juga pembacaan sebuah puisi berbahasa arab dan berbahasa jawa oleh Atiqotuz Zahrotun Najma yang tentunya tak kalah keren dari penampilan sebelumnya.

Selain ketiga penampilan luar biasa tersebut masih ada sebuah penampilan spesial sekaligus persembahan terakhir dari kelas 3 Marhalah 3. Teman-teman 3 Marhalah 3 mebawakan sebuah mini drama yang cukup relateable sekali dengan para santri. Pembawaan yang dibubuhi sedikit humor kemudian  dipadukan dengan nyayian dan pemutaran sebuah movie dibagian akhir memberikan sepercik kenangan manis sekaligus menjadi bagian penutup. Ibarat menutup perjalanan lama untuk kemudian memulai perjalanan baru, penampilan itu menjadi akhir sekaligus awal yang baru untuk teman-teman santri kelas 3 Marhalah 3.

Di balik keseruan penampilan yang penuh warna-warni, Gebyar Nusantara 2025 membawa euforia yang lebih mendalam. Ia menghidupkan semula nostalgia, membangkitkan rasa kerinduan akan kampung halaman, dan memupuk hubungan di antara keberagaman daerah yang berbeda dalam nuansa yang penuh harmoni.

“Kalau bisa acara gebyar nusantara jangan sampai berhenti di sini saja karena acara ini adalah salah satu acara yang sarat akan pelajaran yang sangat berharga dan istimewa seperti toleransi dan budaya,” ujar Indah.

Reporter: Diah Nurasih

Editor: Ahyana Etika Muliani