Seminar dan Tulisan Perempuan: Inspirasi Perubahan, di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kotagede, Ahad,16 Februari 2025.
Fotografer : Kholifatur

Nurmapi – Dalam rangka memperingati Harlah ke – 38 ,Haflah dan Pekan Pustaka Nurul Ummah (PPNU) ke -19, Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kotagede (PPNU-Pi) menyelenggarakan seminar bertajuk “Suara dan Tulisan Perempuan, Inspirasi Perubahan” pada Ahad,16/02.  Acara yang diselenggarakan di Pendopo Al-Khodijah ini, mengundang penulis perempuan yang dikenal aktif dalam menyuarakan isu gender di media sosial,yakni Kalis Mardiasih.

Perempuan dengan pengalamannya tidak bisa di abaikan begitu saja. Keduanya memiliki dampak jika direalisasikan dengan sebuah karya, misalkan tulisan. Menjadi santri dan tinggal di pondok pesantren justru sebuah privilege sebagai sosok yang disibukkan dengan ilmu. Disini kita perlu mendefinisikan ulang perempuan sholihah sesuai dengan perkembangan zaman.

Kalis Mardiasih selaku narasumber memaparkan  definisi perempuan sholihah bukanlah perempuan yang berdiam diri dirumah tanpa pergerakan. Melainkan mereka para perempuan yang  melakukan perubahan sehingga dapat menginspirasi sekitarnya. Misalkan berani menyampaikan pendapat melalui tulisan dari perspektif perempuan ditengah maraknya narasi yang memarginalisasi perempuan.

“Saya kesal dengan pernyataan seorang ustadz dalam youtube, bahwa perempuan yang bekerja itu bukan perempuan yang baik, karena pasti dia nggak baik ngurus anaknya,” ujar Kalis.

Ia menyoroti judul- judul  buku  yang dipajang di toko, seringkali berbeda dengan kondisi realitanya. Perempuan dengan perspektif agama selalu dilekatkan dengan dua kata yakni  dosa dan neraka. Padahal di lapangannya setiap hal yang dilakukan perempuan mulai dari bangun hingga tidur kembali adalah pahala. Kondisi demikian diperburuk penulis dari sudut padang laki-laki yang masih bias gender.

Maka, ia mengajak kepada seluruh santri untuk mulai menulis hal apa saja yang ada disekitarnya atau pengalaman sebagai perempuan. Penting untuk menjadi perhatian bahwa perempuan sendirilah yang harus menceritakan pengalamannya.

“Peran kita akan ditulis oleh siapa?, semua orang layak untuk menjadi penulis ataupun konten kreator perempuan, karena cerita perempuan ketika sampai pada laki-laki, ceritanya akan berbeda,” imbuh Kalis.

Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu santri Ummi Maghfiroh (23), menurutnya perempuan bisa membuat  karya dari pengalaman – pengalamannya, terkadang narasi yang ditulis oleh penulis laki-laki itu tidak sesuai dengan realitas yang ada. Setiap perempuan pasti punya pengalaman masing-masing. Meskipun belum berani di publish,menulis pengalaman pribadi melalui catatan pribadi itu langkah awal yang bagus.

“Selama ini saya punya draft-draft tulisan berisi ungkapan perasaaan yang tertimbun di laptop. Setelah mengikuti seminar ini, saya sadar bahwa perempuan juga berhak untuk menyatakan aspirasinya,” ujar Ummi.

Ummi menambahkan di era sekarang perempuan juga memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana dunia bekerja utamanya perubahan dimasyarakat. Misalkan dengan menulis melalui pendapat,perspektif perempuan bisa menjadi teladan para pembaca.

“Melalui pendapat perempuan, sebenarnya bisa dapat mengubah tatanan dunia yang selama ini jalannya terseok-seok, bisa kita utarakan dengan tulisan ataupun mengimplementasikannya dalam kehidupan agar menjadi teladan bagi semua orang,” imbuh Ummi.

Maya Najwa (19) sebagai salah satu panitia dalam seminar menuturkan para Santri Nurul Ummah Putri sebenarnya memiliki potensi dalam kepenulisan. Mereka sering mengutarakan pendapat,ide dan makna dari apa yang mereka lihat dilingkungan pondok.

“Kalo dilihat dari story whatshApp, mereka kadang mengutarakan apa yang mereka pikirkan dan memaknai peristiwa yang ada disekitar kita agar lebih bermakna,” ujar Maya.

Maya berharap semoga kedepannya para santri lebih peka dalam merekam kejadian-kejadian dipondok dengan menulis. Kemudian juga lebih berani untuk mengutarakan berbagai pendapatnya dan berani untuk memupublikasikannya di media sosial.

Reporter          : Ahyana Etika Muliani

Editor              : Nanik Rahma