Esai

Bahagia itu ilmu, bukan Cuma senang-senang
Esai

Bahagia itu ilmu, bukan Cuma senang-senang

Pernah nggak sih kepikiran, "Sebenarnya, apa sih dasar dari kebahagiaan?" Banyak orang bilang bahagia itu kalau udah kaya, punya pasangan ideal, wajah menarik, atau punya hidup yang serba enak. Tapi pertanyaannya, benarkah itu semua cukup untuk membuat kita benar-benar bahagia? Menurut Pak Fahrudin Faiz, seorang pemikir dan dosen filsafat yang sering menyampaikan ilmu dengan gaya santai tapi mendalam, kebahagiaan sejati itu punya fondasi yang jelas yaitu ilmu. Ilmu yang membawa kita ke arah yang benar, bukan yang hanya terlihat menyenangkan di permukaan. Kok Ilmu? Emang Bahagia harus pintar? Tentu banyak yang langsung skeptis ketika mendengar bahwa Bahagia itu berawal dari ilmu. "Lho, kok ilmu? banyak kok orang yang nggak sekolah tinggi, nggak kelihatan pintar, tapi hidupnya kelih...
Ulama Nahwu itu “Agak Laen”
Esai

Ulama Nahwu itu “Agak Laen”

Foto diambil seusai kelas Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien. Jangan buru-buru “merengut”. Baca dulu sampai tuntas. Jangan langsung su’udzon atau mangap kaget pas baca judulnya. Saya paham betul, menyebut ulama, terlebih lagi ulama Ahli Nahwu dengan kata “agak laen” itu bisa dianggap kurang ajar, kurang ngaji, atau minimal kurang pahit kopinya. Tapi sumpah, saya nggak lagi nyinyir, apalagi ngeledek. Justru sebaliknya, ini adalah bentuk kekaguman saya. Kekaguman yang agak campur aduk dengan rasa heran, sekaligus kagum tak berdasar.          Karena ulama nahwu itu, menurut saya pribadi, adalah manusia-manusia luar biasa. Bukan karena kekayaan atau follower Instagram-nya, tapi karena mereka sanggup hidup dan bernapas di antara bait-bait “Qo...
Menyulam Kitab di Jalan Sunyi Perubahan
Esai

Menyulam Kitab di Jalan Sunyi Perubahan

Foto diambil ketika acara Harlah Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta oleh Tim Media MDHM Agent of Change, julukan yang sering disematkan kepada mahasiswa untuk menjadi pelaku inisiatif dalam mewujudkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Tapi bagaimana jika julukan tersebut dinisbahkan kepada santri? Tulisan ini akan merangkum buah pembicaraan dari acara peringatan hari lahir Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta yang ke-14. Sebuah topik yang mampu membuat seluruh santri terdiam dan khusyuk untuk menyimak setiap kata yang disampaikan pembicara malam itu. Harlah MDHM Peringatan Harlah Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien (MDHM) Yogyakarta ke-14 diselenggarakan pada 1 Juni 2025. Bertempat di Aula Al-Munawwir Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtad...
Menggali Pemikiran Nahwu dan Sorof dalam Pesantren Salaf: Estetika Bahasa sebagai Jembatan Dakwah di Era Modern
Esai

Menggali Pemikiran Nahwu dan Sorof dalam Pesantren Salaf: Estetika Bahasa sebagai Jembatan Dakwah di Era Modern

Pict: Kitab Alfiyah Ibnu Malik (Koleksi Penulis) Di balik tradisi luhur pesantren salaf, terdapat kekayaan ilmu yang tidak hanya berfungsi untuk memahami bahasa Arab, tetapi juga membuka pintu-pintu pemahaman lebih dalam terhadap teks-teks agama yang hidup. Nahwu, sorof, dan nadhom Alfiyah bukan sekadar alat pendidikan; mereka adalah jendela yang menghubungkan santri dengan kedalaman spiritualitas dan pemahaman agama yang lebih universal. Dalam dunia yang semakin canggih ini, pemahaman mendalam tentang ketiga ilmu ini tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi alat penting untuk memahami pesan dakwah yang lebih dinamis dan efektif. Nahwu dan Sorof: Fondasi yang Membawa Makna ke Permukaan Nahwu dan sorof lebih dari sekadar alat untuk menguasai bahasa Arab; keduanya adalah kunci untuk...
Ilmu Itu Tidak Netral
Esai

Ilmu Itu Tidak Netral

Pict: Kitab Karya KH. Hasyim Asy’ari dalam Adab al-‘Ālim wa al-Muta‘allim (Koleksi Penulis) Di suatu malam yang dingin di pondok, aku membuka kembali lembaran kitab Ta‘līm al-Muta‘allim. Di sela-sela huruf gundul yang mulai akrab, aku menemukan satu kalimat yang membuatku berhenti: “La yanalul-‘ilma birāhatil-jism” ilmu tidak bisa diperoleh dengan tubuh yang bersantai. Tapi entah kenapa malam itu aku justru terdiam bukan karena rasa lelah, tapi karena pertanyaan yang muncul diam-diam: "Ilmu yang dicari ini, arahnya ke mana?" Sejak kecil, kita diajari bahwa menuntut ilmu itu mulia. Tapi jarang yang mengajak kita berpikir bahwa ilmu itu tidak pernah benar-benar netral. Ia bukan benda mati. Ia punya arah. Ia bisa membimbing, tapi juga bisa membutakan. Lalu, kita yang sedang menuntutnya—...
Ramadan yang Berbeda
Esai

Ramadan yang Berbeda

Lebih dari sebulan yang lalu, tepatnya pada momen peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. tahun 1446 H, Abah kembali dari perjalanan panjangnya. Beliau ngendikan yang kurang lebih seperti ini, "Rindu hati ini setelah sekian lama tidak bersua dengan para santri". Beliau juga berkata bahwa sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadan, dan tidak sabar akan kedatangannya, sehingga diminta segera mempersiapkan kegiatan "Ramadan fil Ma'had". Sedihnya, tak lama berselang, Abah terkena penyakit gula yang bukanlah hal sepele. Namun seperti kata Efek Rumah Kaca dalam salah satu liriknya, "Diabetes adalah sebuah proses yang alami". Doa selalu kita panjatkan untuk kesembuhan beliau. Aamiin… Sudah menjadi informasi umum bahwa Abah Yai Munir Syafa'at sedang menjalani proses penyembuhan sehingg...
Menyoal Isu Kesetaraan Gender dalam Hadis Nusyuz
Esai

Menyoal Isu Kesetaraan Gender dalam Hadis Nusyuz

A. Nusyuz bagi Seorang Istri             Dalam menjalankan mahligai rumah tangga, sikap seorang istri terhadap suaminya dapat dikategorikan menjadi dua: pertama, istri yang sholihah, yaitu yang senantiasa tunduk dan taat kepada perintah Allah dan suaminya, kedua, istri yang perangainya keluar dari kewajiban yang telah dibebankan kepadanya, berusaha meninggalkan suami sebagai pemimpin rumah dan menghendaki agar bahtera rumah tangga menjadi berantakan, istri yang demikian disebut istri yang nusyuz. Ibnu Mansur dalam kitabnya, Lisan al-‘Arab mendefinisikan nusyuz sebagai rasa kebencian yang datang dari salah satu pihak (suami-istri) terhadap pasangannya, Wahbah Zuhaili memaknai nusyuz sebagai sikap ketidak patuhan salah satu pasangan s...
Kiprah Santri dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Esai

Kiprah Santri dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Apabila kembali ke masa lalu, kita akan melihat bagaimana kiprah para santri untukmewujudkan kemerdekaan. Saat itu, banyak santri mengorbankan jiwa dan raganya di medanperang. Pada waktu itu, santri meyakini sepenuh hati bahwa kemerdekaan Indonesia harus lahirsecara mandiri tanpa campur tangan negara lainnya. Maka disitulah akhirnya kemerdekaanIndonesia berhasil diwujudkan. Santri mempunyai peranan penting dalam proses yang menentukan tersebut. Prosesseperti ini membuktikan jika peran santri sangat penting dalam kemerdekaan bangsa. Santridalam peristiwa ini adalah tonggak pendorong kemerdekaan bangsa yang ikut melahirkankemerdekaan Indonesia secara mandiri. Kobaran-kobaran semangat inilah yang harus dijadikantongkat estafet untuk memajukan bangsa di setiap periodenya. Menjaga api semang...