Cerpen

Cerpen

SEKALI LAGI
Cerpen, Sastra

SEKALI LAGI

Sumber: Generate AI Trigger Warning: Cerpen ini mengandung tema kesehatan mental, termasuk kecemasan dan perasaan tertekan secara emosional. Pembaca dengan sensitivitas terhadap isu tersebut disarankan untuk mempertimbangkan kondisi pribadi sebelum melanjutkan membaca. Rumah sakit sangat padat pengunjung. Orang-orang yang merasakan tubuhnya tidak sebugar biasanya, berbondong-bondong mendatangi poli masing-masing. Beberapa diantar oleh keluarga atau kerabat, beberapa yang lainnya datang seorang diri. Pasien yang sudah menginap di sana juga terlihat saling bersinggungan, berpindah dari satu ruang inap ke ruang inap yang lain. Di sudut ruangan, mushola terlihat ramai dengan harap penuh. Benar ternyata, rumah sakit adalah tempat dipanjatkannya doa paling tulus. Salah satu poli di pojo...
Cintaku Sebatas Obsesi Semu
Cerpen, Sastra

Cintaku Sebatas Obsesi Semu

Sumber: instagram.com/tahilalats Hari Jumat yang alhamdulillah-masyaallah-tabarakallah, segala kerjaan terasa seperti jalan tol, lancar jaya bebas hambatan. Sayang, menjelang peluit kick-off tanda berakhirnya waktu menjadi budak korporat, datang seutas pesan yang mengguncang kedamaian jiwa dan raga. Ibu Pemred tercinta mengingatkan tanggung jawab saya sebagai Takmir Rumah Damai, yaitu membuat sebuah coretan untuk mengisi ayat-ayat di Rumah Damai. “Deadline-nya besok”, susulnya. Sore yang mulanya terasa begitu cerah seketika menjadi sedikit mendung, meskipun di luar memang langitnya sudah siap membombardir bumi dengan peluru airnya. Agak lebay, tapi begitulah rasanya ketika mendapat surat cinta tersebut. Menulis bukanlah hal yang susah, namun memilih topik yang menarik untuk ditulis a...
Srikandhi Menjemput Rembulan 
Cerpen, Sastra

Srikandhi Menjemput Rembulan 

Sumber : Freepik.com (Karya ini merupakan finalis Lomba Menulis YKD 2025 yang diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia) Tahun 2157. Manusia tak lagi mengenal kesengsaraan. Teknologi telah menguasai hampir seluruh aspek kehidupan, menyajikan kenyamanan semu yang melalaikan. Langit malam di tahun ini tak lagi gulita, tak seperti dulu. Bintang-bintang palsu bertebaran di layar kubah raksasa yang menutupi kota. Teknologi menyalin bintang, namun ia tak sanggup menghadirkan rasa takjub yang dulu singgah ketika manusia memandang langit sejati ciptaan Tuhan. Di bawah kubah artifisial itu, umat manusia tak lagi mengenal semesta yang sejati. Siang dan malam penuh semu yang mereka nikmati. Lintang dan rembulan tak lain hanyalah sekadar proyeksi digital. Manusia...