Yogyakarta, 31 Januari 2025 – Ujian kenaikan marhalah di Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri (MDNUPI) kembali digelar pada malam Jumat menjelang agenda imtihan genap. Ujian ini menjadi tahapan penting bagi santri kelas 3M2 untuk menentukan kelayakan mereka naik ke marhalah 3 (1M3).
Koordinator Wakil Kepala Bidang Kurikulum dan Pengajaran, Bu Fathul, menjelaskan bahwa ujian ini bertujuan untuk mengukur pemahaman santri terhadap materi pembelajaran diniyyah dari kelas 1M2 hingga 3M2. “Materi yang diujikan memang mencakup seluruh tingkatan karena sistem kurikulum kami berkelanjutan. Misalnya, pelajaran Nahwu menggunakan kitab yang sama dari kelas 2M2 hingga 3M2, yaitu Imriti,” jelasnya.
Format ujian terdiri dari 60 soal pilihan ganda dan 5 soal essay yang menguji pemahaman mendalam santri terhadap berbagai bidang ilmu, seperti ilmu alat (Nahwu, Shorof, I’lal), Fiqh, Hadis, Tarikh, dan Tauhid.
Ade Silviana, salah satu santri peserta ujian, menyebut bahwa soal-soal yang diberikan kali ini sangat unik dan menantang. “Soalnya benar-benar out of the box. Ada banyak pertanyaan yang memancing pemikiran mendalam, nggak cuma hafalan,” ungkapnya dengan antusias.
Meski ujian mencakup materi dari tiga tingkatan sekaligus, Ade merasa tidak perlu melakukan persiapan intensif. Baginya, konsistensi dalam mengikuti pembelajaran sehari-hari sudah cukup menjadi bekal menghadapi ujian ini.
“Tidak ada persiapan yang begitu serius karena setiap hari kami sudah serius belajar. Saya hanya perlu mengulang materi yang pernah dipelajari,” katanya.
Namun, Ade juga tidak menampik bahwa godaan gadget menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mempersiapkan diri. “Kalau soal materi, tidak ada yang sulit. Tapi ada beberapa yang belum saya kuasai, jadi saya fokus belajar ulang bagian itu,” tambahnya.
Ade berbagi pesan penting kepada teman-teman yang akan menghadapi ujian serupa di masa mendatang.
“Jangan pernah berhenti muthola’ah (mengulang materi) meskipun merasa tidak paham. Kita tidak tahu kapan futuh (pemahaman) itu datang. Selain itu, jangan lupa minta doa dan ridho orang tua,” pesannya bijak.
Bu Fathul menjelaskan bahwa tantangan dalam pelaksanaan ujian ini relatif minim karena sistem pembelajaran di MDNUPI telah berjalan secara terstruktur dan sistematis. “Alhamdulillah, selama ini tidak banyak hambatan. Materi sudah diajarkan dengan sistematis, sehingga santri hanya perlu membuka kembali catatan dan kitabnya,” tuturnya.
Ia juga berpesan agar para santri tetap tenang selama menjalani ujian dan percaya diri dengan kemampuan yang telah mereka bangun selama proses belajar. “Tidak perlu khawatir, semua materi sudah pernah dipelajari. Jangan lupa buka lagi catatan dan kitabnya,” katanya sambil tersenyum.
Setelah ujian ini, diharapkan santri yang lulus dan naik ke marhalah 3 bisa semakin aktif dan proaktif dalam belajar.
“Kami berharap semangat belajar dan mengaji mereka meningkat lagi. Di marhalah 3, siswi sudah harus lebih mandiri dan proaktif,” harap Bu Fathul.
Ujian kenaikan marhalah ini menjadi salah satu proses penting dalam perjalanan santri MDNUPI, tidak hanya untuk memastikan kelulusan mereka tetapi juga sebagai ajang mempersiapkan diri menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan ilmu di tingkat berikutnya.