Di Pondok Nurul Ummah Putri, ada satu santri yang dikenal dengan cara hidup yang sangat santai meski dihadapkan dengan tenggat waktu yang sangat mepet. Namanya Nina, seorang santri putri yang terkenal dengan sikap “bodo amatan“-nya. Meskipun memiliki banyak tanggung jawab, baik sebagai santri yang harus mengikuti kegiatan pondok, mengajar les privat, mengajar di sekolah, hingga mengajar di TPA, Nina tetap bisa menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan. Bahkan ketika menghadapi deadline proposal risalah yang harus diselesaikan, ia tetap santai tanpa merasa tertekan. Bagaimana caranya?
Proposal risalah merupakan tugas penting bagi santri kelas 2M3 di Pondok Nurul Ummah Putri. Tugas ini bukan hanya soal menulis sebuah proposal penelitian, tetapi juga merupakan syarat utama untuk mengikuti imtihan semester genap dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni kelas 3M3. Sebagai syarat kelulusan, tugas ini jelas menjadi beban yang cukup besar bagi banyak santri. Namun, tidak bagi Nina. Meskipun tenggat waktu proposal risalah yang harus ia serahkan semakin dekat, Nina tetap terlihat santai, bahkan mungkin lebih santai daripada kebanyakan orang yang mendengar kata “deadline.”
“Kalau dikerjakan mepet-mepet waktu, sebenarnya pikiran jadi ‘cupet‘ dan nggak bisa mikir dengan jernih, tetapi aku tetap memilih untuk mengerjakannya mepet waktu. Karena terkadang inspirasi datang layaknya badai yang menerjang. Sak klipatan. Sedikit saranku, seharusnya lebih baik kalau ada waktu luang, ya gunakan itu dengan sebaik-baiknya, jangan ditunda-tunda,” ungkap Nina sambil tersenyum santai. Bagi Nina, menunda pekerjaan adalah cara yang paling tidak efektif untuk mengatasi tekanan tenggat waktu. Ia merasa bahwa menunda pekerjaan hanya akan menambah beban pikiran dan akhirnya justru menghambat proses pengerjaan tugas. “Nanti kalau sudah jatuh tempo, baru deh terasa nyiksa diri sendiri. Itu malah bakal menghambat kegiatan lain,” lanjutnya.
Nina memang dikenal dengan sikap “bodo amatan“-nya. Ia tidak mudah terpengaruh oleh tekanan atau kecemasan yang sering dialami orang lain saat menghadapi deadline atau tugas besar. Sebaliknya, Nina justru merasa lebih tenang dan fokus ketika dia tidak terlalu terbebani dengan pikiran-pikiran stres. “Kalau sudah stres, malah nggak bisa berpikir dengan jernih, kan? Jadi saya coba untuk tetap santai dan nggak terlalu pusing,” katanya dengan nada ringan.
Meski hidupnya sibuk dengan berbagai pekerjaan sampingan, Nina selalu berhasil menjaga keseimbangan hidupnya. Mengajar les privat, mengajar di sekolah, dan juga di TPA, bukanlah tugas yang ringan. Namun, Nina tetap mampu menjalani semuanya dengan lancar tanpa merasa terburu-buru, meskipun Nina tampaknya tidak terburu-buru, ia tetap tahu kapan waktu yang tepat untuk bekerja keras. Ketika tenggat waktu proposal risalah semakin dekat, Nina mengandalkan pembagian waktu yang cermat.
Salah satu pelajaran besar yang bisa diambil dari kisah Nina adalah pentingnya menjaga kesehatan mental dan tidak membiarkan stres menguasai diri. Bagi Nina, menjaga ketenangan dan mengatur waktu dengan bijak adalah kunci utama dalam menghadapi tenggat waktu dan pekerjaan yang menumpuk. “Kalau kita terlalu tertekan, itu malah bikin kita jadi nggak produktif. Justru kalau santai dan fokus, pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan lebih baik,” kata Nina.
Nina juga menekankan bahwa hidup ini tidak perlu dipenuhi dengan kecemasan berlebihan. “Hidup itu harusnya santai. Jangan dipersulit nanti jadinya stres. Kalau kita sudah berusaha dengan maksimal, hasilnya pasti akan baik,” tambahnya dengan semangat. Meskipun proposal risalah ini menjadi syarat penting untuk mengikuti imtihan dan melanjutkan ke kelas 3M3, Nina tidak membiarkan tekanan itu merusak ketenangannya. Ia tetap menyelesaikan tugasnya dengan penuh ketenangan dan percaya bahwa dengan fokus, semuanya bisa diselesaikan dengan baik.
Kisah Nina mengajarkan kita bahwa tantangan besar seperti tenggat waktu yang ketat bisa diatasi dengan ketenangan tanpa stress serta perencanaan yang matang. Meskipun tidak semua orang bisa mengikuti gaya hidup yang santai seperti Nina, tetapi kita semua bisa belajar untuk tidak terlalu membebani diri dengan kecemasan dan stres. Dengan cara ini, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan produktif, meskipun dengan banyak tugas dan deadline.
Penulis : Deri