Melek Digitalisasi Tanpa Melupakan Kitab Salafi : PP Nurul Ummah Putri Ikut Andil dalam Bahtsul Masail Putri JPPPM Pusat

Peserta Bahtsul Masail Komisi B berfoto bersama perumus dan mushohih usai rangkaian pembahasan berlangsung.

PP Nurul Ummah Putri menjadi salah satu nama dari sekian banyak pondok pesantren yang menjadi peserta Bahtsul Masail ke-6 JPPPM Pusat 2025 di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Rabu (1/10). Adanya kegiatan ini merupakan salah satu agenda tahunan dari JPPPM (Jamm’iyah Pengasuh Pondok Pesantren dan Mubalighoh) Pusat yang mana salah satu agenda yang dapat diikuti oleh para santri putri adalah Bahtsul Masail Putri.

Bahtsul Masail sendiri merupakan sebuah forum diskusi ilmiah yang membahas serta mencari solusi hukum Islam terhadap masalah kontemporer yang muncul di masyarakat, baik yang berkaitan dengan agama, sosial, ekonomi, hingga budaya. Selain bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Bahtsul Masail menitikberatkan pada pemahaman dan pencarian solusi hukum dengan merujuk pada kitab-kitab fikih salaf (tradisional), yang merupakan salah satu program unggulan di JPPPM.

“JPPPM tanpa Bahtsul Masail bagaikan jasad tanpa ruh,” ujar Ibu Nyai Hj. Ummah Hasyim saat pembukaan Bahtsul Masail Putri ke-6. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya Bahtsul Masail dalam tradisi pondok pesantren.

Disini PP Nurul Ummah Putri telah mengirimkan tiga orang santri untuk menjadi delegasi pada komisi B, terdiri dari Nidaur Rahma Aulia, Hafna Nashifatul Azkiya, dan Kamila Nur Rosyidah.  Kegiatan tersebut berfokus pada pembahasan berbagai isu aktual, di antaranya tragedi demonstrasi yang terjadi baru-baru ini, penggunaan Chat GPT, serta fenomena jual beli pengikut di Instagram.

Acara inti Bahtsul Masail terdiri atas dua sesi, yakni jalsah ula yang berlangsung pukul 13.30–17.00 WIB dan jalsah tsaniyah pada pukul 20.00–23.30 WIB. Dengan para nawaning sebagai perumus, yakni Ning Sheila Hasina dan Ning Imaz Fatimatuz Zahra dari Lirboyo juga Ning Nadia Nely Amalia Abdurrahman dari Kwagean, serta dihadiri oleh para mushohih hebat.

Sebagai santri salafiyyah, mereka tetap berupaya mempertahankan nilai-nilai estetika kepesantrenan di tengah kesibukan perkuliahan melalui kegiatan Bahtsul Masail. Kegiatan ini menjadi wadah penyaluran pemikiran kritis yang berlandaskan pada pandangan para ulama salaf maupun khalaf sebagaimana tertuang dalam kitab kuning.

Sebagaimana dikutip oleh Ning Imaz Fatimatuz Zahra dalam unggahan beliau, dari dawuh Almaghfurllah K.H. Idris Marzuki Lirboyo, “Termasuk meneruskan perjuangan ulama setelah mengusir penjajah adalah ber-Bahtsul Masail.”

Potret santri selepas Bahtsul Masail

Selepas acara Bahtsul Masail, para santri, Ibu Nyai, serta Nawaning beristirahat sejenak untuk mempersiapkan diri mengikuti seminar keesokan harinya. Seminar tersebut menghadirkan narasumber luar biasa, yaitu Ibu Nyai Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm., dosen PTIQ Jakarta, dan Ibu Nyai Fathimah Asri Muthmainah dari Komnas Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia. Acara juga akan mendapat sambutan serta wejangan dari Wakil Gubernur Jawa Tengah, Gus Taj Yasin Maimoen.

Antusiasme seluruh partisipan tampak begitu besar, baik dari para santri, Ibu Nyai, maupun Nawaning Nusantara anggota JPPPM. Meski lelah mendera tak sebanding dengan rasa bahagia dan syukur yang didapat karena bisa mengikuti acara yang sangat berkesan itu.

Reporter: Kamila Nur R | Editor: Deré