
Peserta OP3 sedang berfoto bersama
YKD – Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri kembali menggelar acara tahunan Orientasi Pengenalan Pondok Pesantren (OP3NU-PI XXXVII). Kegiatan ini diperuntukkan bagi santri baru sebagai langkah awal untuk mengenal lebih dekat kehidupan kepesantrenan, mulai dari sejarah pondok, tata aturan, hingga kegiatan yang akan mereka jalani selama mondok. OP3NU-PI XXXVII berlangsung selama dua hari, 27–28 September, dengan rangkaian acara yang padat namun penuh cerita.
Di hadapan mereka terbentang perjalanan dua hari penuh: mengenal tradisi, menyimak nasihat pengasuh, menjalin persaudaraan, hingga meneguhkan identitas sebagai santri. Tema OP3NU-PI XXXVII ini, “Mengobarkan Jiwa Perjuangan, Meneguhkan Nilai Kepesantrenan”, seakan menjadi kompas arah. Bahwa perjalanan santri bukan sekadar menuntut ilmu, tetapi juga menghidupi nilai perjuangan para pendahulu dengan semangat baru.
Ibu Nyai Hj. Barokah Nawawi dalam acara OP3NU-PI XXXVII Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri
Rangkaian acara dibuka dengan suasana khidmat ketika Ibunda Nyai Barokah Nawawi hadir memberi wejangan. Santri baru yang tadinya riuh mendadak hening, menunggu kalimat demi kalimat dari pengasuh pondok.
“Ruh-nya pondok itu ngaji dan jamaah. Niat utama berangkat ke pondok diingat lagi, ikut organisasi di kampus memang bagus untuk pengetahuan, tapi tetap utamakan pondok. Eman waktunya kalau terbuang sia-sia,” tutur beliau untuk mengingatkan niat awal berangkat ke pondok itu bagaimana.
Pesan itu seakan mengetuk hati santri baru untuk merenungi alasan mereka datang ke pondok. Bukan semata mencari kesibukan, bukan pula hanya sekadar pelengkap identitas, melainkan untuk menumbuhkan ruh keilmuan.
Beliau menambahkan, “Salah satu cara menyebarkan ilmu itu menjadi khodimul ummah.” Kalimat sederhana ini bagai bara kecil yang menyalakan api semangat. Santri belajar bahwa ilmu tak akan bernilai bila tidak disertai pengabdian kepada umat.
Menyusuri Jejak Nurul Ummah Putri
Usai wejangan, para santri diajak menyusuri perjalanan panjang pondok melalui sesi sosialisasi pengenalan Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri. Dari kisah pendirian, dinamika yang pernah dilalui, hingga peran berbagai kepengurusan yang menopang jalannya pondok, semuanya disampaikan dengan jelas dan tegas.
Bagi santri baru, cerita tersebut lebih dari sekadar catatan sejarah. Ia menghadirkan rasa kagum sekaligus tanggung jawab. Mereka menyadari bahwa pondok tempat mereka akan belajar dan tinggal ini bukanlah sesuatu yang hadir tiba-tiba, melainkan hasil dari perjuangan panjang dan doa tanpa henti. Di balik setiap aturan, ada nilai; di balik setiap tradisi, ada makna.
Di titik itu, kesadaran baru mulai tumbuh, mereka kini bukan lagi tamu atau orang asing. Dengan resmi menjadi bagian dari Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri, mereka juga turut menjadi mozaik dari cerita besar yang akan terus berlanjut. Rasa memiliki pun perlahan mengakar, meneguhkan langkah mereka untuk menjalani hari-hari sebagai santri.
Masing-masing UKS tampil memperkenalkan kegiatan dan programnya di hadapan santri baru
Sesi berikutnya dalam rangkaian OP3NU-PI XXXVII memasuki perkenalan Unit Kegiatan Santri (UKS). Satu per satu perwakilan tampil di hadapan santri baru. Tim Bina Desa (TBD) memperkenalkan diri sebagai garda pengabdian masyarakat, sementara Takmir Masjid menjelaskan perannya menjaga denyut ibadah harian di pondok. Dari sisi literasi, Perpustakaan An-Nabil hadir sebagai oase ilmu yang siap menampung dahaga baca santri. Tak ketinggalan, Hadroh Azkiya Syakira menampilkan lantunan sholawat penuh semangat, dan Media YKD yang sehari-hari mendokumentasikan denyut aktivitas pesantren.
Santri baru menyimak dengan mata berbinar. Beberapa sudah tampak membayangkan diri ikut memukul rebana bersama hadroh, sementara yang lain tertarik pada dunia tulis-menulis di media. Perkenalan ini bukan sekadar informasi, melainkan pintu awal bagi mereka untuk menemukan ruang tumbuh, tempat belajar melengkapi perjalanan ngaji dan jamaah di pondok.
Pemateri Aswaja yang disampaikan oleh Bapak Faiq Mustofa dalam acara OP3NU-PI XXXVII
Hari pertama OP3NU-PI XXXVII di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri diisi dengan materi keaswajaan bersama Bapak Faiq Mustofa. Sebagai pemateri, beliau menyampaikan pentingnya santri meneguhkan jati diri Aswaja di tengah perkembangan zaman. Dalam penyampaiannya, Faiq Mustofa menekankan bahwa beraswaja tidak cukup hanya secara alamiah, tetapi harus menyeluruh meliputi pikiran, hati, dan perkataan. Sikap tersebut menjadi fondasi agar santri tetap kokoh menghadapi beragam tantangan.
Beliau juga mengingatkan santri untuk meneladani para pendiri Nahdlatul Ulama. “Bergeraklah selincah K.H. Wahab Hasbullah, sedalam pemikiran Hasyim Asy’ari, dan setegas K.H. Bisri Syamsuri,” ujarnya. Pesan ini menjadi arahan agar santri bukan hanya menjaga tradisi, melainkan juga aktif berpikir, berperan, dan berpegang pada prinsip Aswaja.
Abah KH. Munir Syafaat saat memimpin muqoddaman dalam rangkaian OP3NU-PI XXXVII, Sabtu (27/9)
Menjelang malam, suasana OP3NU-PI XXXVII berubah lebih syahdu. Santri berkumpul dalam acara muqoddaman bersama Abah KH. Munir Syafaat. Lantunan ayat suci Al-Qur’an dan sholawat menggema di ruang acara, menenangkan hati yang sejak pagi dipenuhi berbagai materi.
Di penghujung muqoddaman, Abah KH. Munir Syafaat menyampaikan nasihat yang menancap kuat di hati para santri. Beliau menegaskan, “Hakikatnya ilmu itu bisa masuk pada jiwa dengan cara riyadhoh, perbanyak baca sholawat dan baca Qur’an.” Pesan tersebut menjadi pengingat bahwa keberhasilan santri tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, melainkan juga oleh kesungguhan dalam riyadhoh. Melalui kedisiplinan ibadah, santri diajak menundukkan ego sekaligus mendekatkan diri kepada Allah.
Penampilan drama oleh santri baru
Selepas muqoddaman, rangkaian OP3NU-PI XXXVII berlanjut dengan malam penampilan bakat santri baru. Acara ini menjadi ruang ekspresi bagi para peserta untuk menunjukkan minat dan kemampuan mereka di hadapan teman-teman serta para panitia. Suasana yang awalnya tenang berubah menjadi penuh semangat, diselingi gelak tawa dan tepuk tangan.
Berbagai penampilan mengisi panggung sederhana malam itu. Ada santri yang melantunkan sholawat dengan suara merdu, ada pula yang mencoba menghadirkan drama komedi ringan. Meski sebagian tampak masih canggung, keberanian mereka untuk berdiri di depan banyak orang menunjukkan semangat baru sebagai bagian dari keluarga pesantren.
Sorak sorai dan apresiasi dari penonton menjadikan malam bakat terasa hangat. Lebih dari sekadar hiburan, kegiatan ini menjadi sarana mempererat persaudaraan sekaligus membangun rasa percaya diri santri baru. Dari sini, mereka belajar bahwa pondok bukan hanya tempat ngaji, tetapi juga ruang untuk tumbuh bersama.
Outbound OP3NU-PI XXXVII melatih kekompakan santri baru dengan semangat kebersamaan
Minggu pagi (28/9), peserta OP3NU-PI XXXVII mengawali hari dengan agenda luar pondok. Mereka menyusuri kawasan Kotagede sebelum melaksanakan senam dan outbound di Lapangan Legawong. Suasana pagi yang cerah menambah semangat, barisan santri baru tampak antusias mengikuti setiap instruksi.
Senam pagi menjadi pembuka kegiatan. Gerakan serentak yang dilakukan bersama-sama menghadirkan keceriaan, meski sesekali ada yang salah arah. Tawa santri pun pecah, mencairkan suasana dan membuat aktivitas terasa lebih hangat.
Selepas itu, outbound digelar dengan beragam permainan. Mulai dari berjalan bersama dengan mata tertutup hingga memindahkan bola dengan strategi tim. Teriakan semangat, canda, hingga momen jatuh bangun mewarnai kegiatan tersebut. Lebih dari sekadar permainan, outbound menjadi pengingat bahwa hidup di pondok adalah soal kebersamaan, saling percaya, dan bekerja sama.
seminar terbuka bersama Dr. Siti Khodijah Nurul Aula, M.Ag.
Siang itu, suasana aula Masjid Al-Faruq lantai 2 Putri terasa berbeda. Santri baru duduk rapi mengikuti acara puncak OP3NU-PI XXXVII: seminar terbuka bersama Dr. Siti Khodijah Nurul Aula, M.Ag. Dengan gaya bicara lugas, beliau membuka ruang refleksi yang langsung menggugah hati para peserta.
“Kamu susah ngatur waktu ngaji sama kuliah? Udah capek mondok, pingin boyong terus? Kalau ada rapat malam kampus, tapi harus balik pondok juga, apa yang akan dipilih?” Pertanyaan itu menggetarkan banyak hati. Seakan menampar realitas yang kerap dialami santri: tarik menarik antara tanggung jawab akademik, kepesantrenan, dan dinamika kehidupan luar pondok.
Dalam penyampaiannya, beliau menekankan bahwa santri Gen Z menghadapi tantangan berbeda. Lahir di era digital, mereka mudah larut dalam arus media sosial jika tidak mampu menata diri. Kunci keberhasilan, menurutnya, terletak pada disiplin, konsistensi, penentuan prioritas, serta keseimbangan antara pondok dan kampus. Pesan itu menjadi panduan praktis sekaligus pengingat, bahwa adaptif bukan berarti larut, melainkan tetap teguh menjaga nilai kepesantrenan sebagai fondasi hidup.
Pemenang Miss OP3NU-PI XXXVII
Setelah seluruh rangkaian OP3NU-PI XXXVII usai, suasana aula kembali memanas. Tepuk tangan menggema, teriakan santri bersahut-sahutan, menandai momen yang paling ditunggu: pengumuman Miss OP3NU-PI XXXVII. Detik-detik penuh harap itu membuat mata setiap santri terpaku ke panggung, menanti siapa nama yang akan dipanggil. Begitu nama pemenang disebut, ruangan pun pecah. Sorak sorai sahabat, pelukan, hingga senyum haru mengiringi langkah sang juara menuju panggung. Bagi mereka yang terpilih, penghargaan ini menjadi kebanggaan tersendiri—buah dari ketekunan dan usaha sejak awal orientasi.
Namun lebih dari sekadar predikat, Miss OP3NU-PI XXXVII adalah simbol. Ia mewakili gambaran santri ideal: disiplin dalam waktu, tekun dalam belajar, mampu beradaptasi di lingkungan baru, dan tetap berpijak pada ruh kepesantrenan. Dengan begitu, kemenangan ini sejatinya adalah milik semua santri yang terus berproses dalam keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri.
Dua hari OP3NU-PI XXXVII berakhir dengan kesan mendalam. Dari nasihat pengasuh tentang ruh pondok, materi Aswaja yang meneguhkan identitas, muqoddaman yang menenangkan hati, outbound yang mempererat persaudaraan, hingga seminar yang membekali semangat perjuangan semuanya menyatu menjadi bekal awal perjalanan santri baru.
OP3NU-PI XXXVII bukan sekadar acara tahunan. Ia adalah gerbang menuju perjalanan panjang. Gerbang yang mengingatkan bahwa menjadi santri berarti siap berjuang, siap berkhidmah, dan siap meneguhkan nilai kepesantrenan di tengah derasnya arus zaman.
Reporter : Deri | Editor : Khoirunnisa
-SEMUA DOKUMENTASI BY PDD OP3NU-PI XXXVII DAN SEMUA DATA BY KAMILA (PESERTA OP3NU-PI XXXVII)