Peserta Qirtub In Action di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kotagede,17/02/2025.

Nurmapi –  “Qirtub in Action” memberikan wajah  baru pada  perayaan Harlah ke – 38,Haflah dan Pekan Pustaka Nurul Ummah Putri (PPNU) Kotagede ke – 19.  Pasalnya biasanya para santri hanya membaca kitab tetapi kali ini, mereka diberi tantangan untuk mengemas teks kitab menjadi sebuah pertunjukan  drama. Kira-kira bisa tidak ya, nanti gimana alur ceritanya ? hmmm.

“Qira’atul Kutub” yang kerab di singkat “Qirtub” merupakan sebuah metode membaca kitab berbahasa arab di kalangan pondok pesantren. Lomba kali ini ditujukan untuk setiap kelas di Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri Kotagede. Jumlah kelompoknya bebas sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Peserta juga bebas menentukan maqro’ (bacaan) yang akan dijadikan drama.

Sebagai salah satu peserta yang tergabung mewakili kelas yakni 1 marhalah 3, terdapat cerita menegangkan tapi lucu ku rasa menarik untuk aku bagikan.

Cerita pertama, mendengar adanya lomba “Qirtub In Action” tidak serta merta mudah direncanakan begitu saja. Meskipun kami ini anak pondok yang notabenya Bahasa Arab sudah menjadi menu setiap hari.  Tetapi, rasa kurang percaya diri alias tidak pede,takut salah menjadi masalah. Padahal saat presentasi membaca kitab dikelas lancar – lancar saja.

Temanku yang bertugas membaca maqro” ini bisa dikatakan termasuk jamm’iyah introvert  ia malu jika harus tampil di depan umum. Apalagi jika mood-nya sedang tidak baik-baik saja, sudahlah. Hal ini tidak membuatku pupus begitu saja, justru aku kemudian memutar otak mencari segala cara untuk menyakinkannya. Berbagai negosiasi,masukan-masukan,pikiran positif terus aku paparkan. Seperti kata pepatah usaha tidak akan menghianati hasil.

Akhirnya ia mulai membuka kitab. Alih-alih membubuhkan harakat dan makna gandul pada kitab, ia justru hanya memberikan tanda pada maqro’ yang akan dibaca. Dan seperti biasa, ia melaju dengan kitab kosong tanpa ada hambatan sedikitpun.

Cerita berikutnya, tinggal menunggu beberapa jam lagi acara akan segera dimulai, datang kabar buruk bahwa kelas kami mendapat nomor undian satu. Latihan yang hanya beberapa menit ditambah personil yang belum lengkap, properti dan teks prolog belum sama sekali. Wadidawww ketika kualitas benar-benar diuji dengan keterbatasan waktu. Mau tidak mau kelas kami harus tetap tampil pertama

Tibalah kelas kami tampil. Aindana Zulfa, kawanku memulai prolog dengan spontan,tanpa teks dan tanpa latihan sama sekali. Kami membawakan sebuah drama yang menceritakan seorang pemuda  meninggal karena kecelakaan kemudian jenazahnya disalati oleh keluarga dan warga sekitar. Kami bermaksud memberikan gambaran kepada penonton bagaimana tata cara mensalati jenazah dengan benar. Setelah bacaan maqro’ per rukun salat di sampaikan, langsung diikuti dengan praktiknya.

Cerita ini kami ambil dari sebuah kitab bernama “Fathul Mu’in”. Tentu, pementasan tidak mulus begitu saja, kurangnya latihan membuat aktor pembaca maqro dengan pemeran salat miss komunikasi. Seharusnya doa dibaca setelah takbir ke tiga tapi baru sampai takbir kedua doa sudah dibacakan.

Terlepas dari itu para aktor – aktor ini bisa menciptakan tawa yang sebelumnya sama sekali tidak direncanakan. Memang dasarnya mereka orang-orang pelawak . Dalam hati, lega aku setidaknya dapat menghibur para penonton yang hadir. Apapun hasilnya kami bersyukur sudah bisa tampil meskipun tidak bisa dipungkiri terdapat kekurangan.

Lomba Qirtub in Action bukan hanya hiburan semata, tetapi menjadi ajang kreativitas santri dalam mengemas teks kitab supaya lebih menarik dan mudah dipahami. Meski lomba ini belum memiliki detail yang jelas seperti adakah ketentuan cara memasukkan perform qirtub ke dalam drama, ketentuan pembacaan maqro’, makna gundul, dan terjemahan, namun lomba ini setidaknya telah menunjukkan sejauh mana para santri telah memahami teks kitab yang telah dipelajari di pondok pesantren.

Reporter          : Isti Kamila

Editor              : Nanik Rahma